Nasihat: Ingatlah


hidayat tf_ingatlah

Taufik, ingatlah kitab yang sedang engkau kaji (ba’da shalat magrib itu) adalah tentang perkara ingat. Tidakkah engkau ingatkan apa-apa yang telah engkau ketahui, kenapa engkau masih menghelak tentang pengetahuan yang engkau miliki? Kenapa tidak sepenuhnya engkau jalankan apa-apa yang engkau ketahui? Tidakkah bagimu meresap ke dalam akal dan hatimu bahwasanya ada perbedaan antara orang yang buta dan tidak?

Ingat-ingatilah apa-apa yang telah engkau ketahui, sungguh ilmu islam itu mudah, kalau engkau memudahkannya. Dengan begitu, perlahan-lahan engkau akan digiring menyempurnakan kualitas ilmu: tatkala engkau mempunyai dasaran pengetahuan yang kokoh, maka bangunan pengetahuanmu akan terasa kokoh. Jika dasaran itu engkau perluaskan, dan lebih diperluaskan, maka tentu engkau akan mempunyai bangunan yang besar lagi mewah: yakni tentang ilmu.

Hidup di dunia itu sementara, kau ingat itu, maka kencangkanlah semangat ilmumu, bangunlah gedung mewah pengetahuanmu.

Jalankanlah pengetahuan-pengetahuan yang engkau miliki. Apa itu? Banyak. Cobalah lebih dipraktekkan. Jangan anggap enteng pengetahuan yang engkau miliki. Engkau telah mempunyai banyak pengetahuan, yang dari banyaknya itu penting dilatih demi menjernihkan kebanyakanmu itu.

Jika engkau banyak pengetahuan namun engkau simpan dalam dirimu, terlebih lagi jarang digoreskan. Maka pedangmu pengetahuanmu tetap tumpul, Taufik.

Praktekkan apa-apa yang datang kepadamu. Kenalilah, tidak sepenuhnya engkau mampu mempraktekkan apa-apa yang datang keapadamu. Sikap pertahanan kesadaran tidak semudah itu. namun jika engkau senantiasa mempraktekkan dan melihat teori demi teori, lamat-lamat praktekmu menjadi biasa.

Rumus yang sering diuncalkan: bisa karena biasa.

Hal itu bisa diterapkan kepada apa-pun, dengan ilmumu pun seperti itu. ilmu kalau tidak dipraktekkan, maka tidak akan maju, taufik, begitu juga dengan pengetahuan keislamanmu:

Pengetahuan islammu akan berjalan lambat, lambat sekali, maka jalankanlah pengetahuanmu, lalu kekuranganya ditulis, dicari, esoknya lagi dijalankan, dibaca, ditulis, dijalankan, dibaca, ditulis. dengan begitu, ilmumu akan melesat cepat, melesat seperti apa yang engkau tuju: dan itu pun, masih bersifat dasar. Engkau belum menuju ke inti: inti dari pengetahuan apa taufik? Nilai.

Nilai itulah yang nantinya kau kejar. Oleh karenanya untuk mendapatkan nilai, maka tentu, membutuhkan nilai. Kalau bangunan yang dibuat tidak tersistematiskan, maka itu bakal memberatkan dirimu. Kenanglah sistematikan filsafat: ontology, epistemology dan ontologynya.

Dengan mengetahui keberadaannya, mengetahui tentang ilmunya, dan mengerti nilainya: maka itulah hidup yang sesungguhnya.

Ingatlah, pengetahuan yang telah engkau miliki, bukanlah pengetahuan yang sedikit. Sejak kecil engkau telah ditawarkan pengetahuan, maka secara otomatis, pengetahuanmu itu menurut status usiamu. Begitu banyak pengetahuan yang berada di dalam dirimu, namun engkau sengaja ‘membungkamkan’ dengan mengabaikannya. Engkau tidak cawe-cawe untuk mengingat pengetahuan yang telah ada:

Sejak kecil engkau dididik untuk tahu

Tatkala dewasa engkau didiki lagi untuk tahu

Sekarang engkau dididik untuk mengetahui

Kenalilah, ilmu di luar teramat, banyak, namun untuk mendapatkan bahagia, maka proses utamanya adalah senantiasa berada dari dalam. Ukuran bahagia, taufik, bukan serta merta dari wujud-wujudmu: kau pikir wujud dari bahagia apa? Tertawa. Kau pikir wujud dari bahagia apa? Berpakaian bagus. Kau pikir wujud dari bahagia kalau dia mempunyai anak banyak dan harta kaya?

Kenanglah, bahagia adalah kalau hatimu merasa puas dengan apa yang ada padamu. Sesimpel itu. oleh karenanya, engkau harus mengingat. Ingatlah.

2016

Belum ada Komentar untuk "Nasihat: Ingatlah "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel