Jangkauan Filsafat Lebih Luas Daripada Agama




Untuk apa kau berpikirdan lebih mengonsentrasikan tentang agama, padahal kuliahmu filsafat, kajianmu filsafat luas. Kajianmu sarat sejarah dari dulu sampai sekarang: kalau kamu lebih focus kepada agama, kenapa tidak nyemplung saja ke pondok pesantren, jadilah ahli agama. jangan setengah-setengah; filsafat yang dibatasi dengan lintas agama. 

Kenalilah jangkauan filsafat itu luas, dan kau harus mengelupas tentang sejarah. Engkau laksana membaca kitab, yang hafal dengan sejarah filsafat, setidaknya filsafat yang mengarah kepadamu. Jika kamu tertarik dengan filsafat idealisme, maka kencangkanlah pengetahuan tentang idealisme. Reflesikan diksi-diksi filsafat menjadi buah bibirmu, efek dari keadaan hatimu. Tuangkan menjadi rangkaian kalimat-kalimatmu. Yang lain adalah tunjangan untuk kebutuhan pokokmu, filsafat.

Kenapa harus begitu?

Orang berilmu seringkali sibuk dengan diksi keilmuannya, oleh karenanya dia berilmu, dan ahli dalam ilmu tersebut. Orang akan datang kepadamu karena orang tahu bahwa kamu ahli dalam hal tersebut, sebabnya karena seringnya engkau menggelontarkan diksi-diksi tersebut: kalimatmu orientasi tentang hal tersebut, dan selain itu, engkau minim pengetahuan. Sekali pun engkau mengetahui, katakanlah, ada yang lebih bisa saya bukan bidang itu. 

Jangan katakan, jangkauan filsafat luas! Namun pasangkan keluasan itu pada akalmu. Sertakan bola-matamu untuk melihat itu. gunakan tanganmu untuk meringkas itu. Ringkas-ringkaslah. Perlahan-lahan. Buatkan kejelasan tentang garis besar filsafat secara menyeluruh.

Pisahkan zaman-zamannya secara menyeluruh—diringkas.

Ringkaskan lagi, tokoh-tokohnya secara menyeluruh—diringkas.

Ringkas lagi, sebutkan pemikiran-pemikiran secara menyeluruh—diringkas.

Persempit lagi ringkasan tersebut, menjadi kalimat. Tuliskan.

Terapkan pada cermin-dirimu, menjadi kata-kata. Ucapkan.

Dan kamu akan sibuk dengan rutinitas yang bersungguh-sungguh mencari ilmu, tidak patah semangat, tidak tergoyah keadaan. Anggap saja, keadaan yang adalah tunjangan kehidupan. Tak apa: diklaim idealis. Di klaim sibuk sendiri. Di klaim sibuk dengan dunianya sendiri.

Yang pasti jangan lupakan realit asmu.

Jangan lupakan ibadah-shalat—kamu tahu bahwa shalat jamaah adalah pengefisienan silaturahim kepada warga sekitar. Jangan beratkan kalau 5 waktu terasa berat. Ambil yang umum: magrib dan isya. Kalau isya masih berat. Jangan telatkan shalat magrib berjamaah. Batasan realitas-umum adalah shalat magrib. Terlebih umum adalah shalat jumat. Begitu. jangan beratkan terhadap agama. Jangan dulu baurkan konsentrasimu lebih focus kepada agama. kalau kau cinta agama: boleh, mengurai tentang keagamaan. Namun jangan tinggalkan filsafat.

Jadikan filsafat adalah prioritasmu.

Jadikan filsafat adalah pangkal pengetahuanmu.

Jadikan filsafat baju-pengetahuanmu.

Sibuklah sekali lagi, lebih lama terhadap kajian filsafat, kamu telah mengetahui ada pertemuan antara filsafat dan agama, namun kamu juga mengetahui filsafat mampu berdiri sendiri dan agama kokoh berdiri sendiri dan tugasmu adalah mengokohkan dulu kefilsafatan: mulai sejarah, sistematis, sampai perkembangan masa kini, dan biarkan agama menjadi pengawal dirimu, toh dirimu tidak bisa lepas dari keagamaan, toh dirimu telah ditahbiskan untuk menyukai keagamaan: faktanya kamu sibuk dengan sesuatu atas nama agama, yang lamat-lamat konsentrasi agama kepada dirimu. Bagus. 

Namun jangan tanggalan baju-filsafatmu. Itulah bajumu, baju duniamu. Bersama dengan itu, engkau mampu mengajar, berkehidupan layaknya manusia umum dan kamu jual dirimu atas nama filsafatmu. Apakah filsafat perlu? Di zaman era global ini: era prulastik ini. Sangat perlu. 



Begitu.

Belum ada Komentar untuk " Jangkauan Filsafat Lebih Luas Daripada Agama"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel