KAUM PEKERJA: TENTANG PERGESERAN PERTANIAN-TEKNOLOGI


Saya terlahir dari kaum pekerja, kental nuansa pekerja, hal itu terjadi karena alam mendukung untuk bekerja. Agama, posisinya layaknya nomer dua, tapi tidak bisa dinomer duakan, karena agama diposisikan sebagai nomer satu juga.

Sekali pun bekerja, agama itu penting.

Sebab agama telah mendarah-daging.

Sebab agama telah menjadi system.

Sebab agama telah menjadi tradisi.

Sekali pun kami kaum pekerja, agama tetap penting.

Agama mempunyai nilai penting, sekali pun kami sibuk bekerja.

Dahulu kami sangat sibuk bekerja, sebab bekerja dilakukan secara manual, mencangkul sawah dengan cara dipacul secara manual. Lamat-lamat, kami membeli sapi, dan maka pergeseran cangkul menjadi hal yang kursial: dari mencangkul manual, bertambah mencangkul lewat sapi. Sebab sebagian kami mampu membeli sapi.

Desa kami menerima hal itu dengan gembira. Karena adanya sapi. Pekerjaan sawah menjadi lebih ringkas. Pekerjaan sawah menjadi tidak begitu lama, karena mencangkul secara manual. Sekali pun masih dibantu dengan mencangkul secara manual.

Yang jelas, pekerjaan semakin ringan. Semakin ringkas.

Bersamaan dengan itu, kami mulai menambahkan pundi-pundi harta. Kami mampu membeli sepeda onthel, setiap panen padinya ditaruk pada sepeda, kami mendorong sepeda. Sebelum itu, kami menjinjing, memikul, ditarok pada lehernya. Durasi waktu lama. Prosesnya lama. Tidak sebentar.

Sekarang, prosesnya ringkas. Semakin ringkas.

Bersamaan dengan hal itu, kami mulai membeli traktor, kami mulai membeli sepeda motor. Kami mulai membeli mesin penggiling. Kami mulai membeli mobil.

Kehidupan kami semakin ringkas. Pekerjaan semakin ringan.

Pikiran kami, tatkala menyekolahkan anak-anak kami, berharap anak-anak kami mendapatkan pekerjaan yang lebih mudah dibanding kami. Menjadi orang yang cerdas. Menjadi orang yang hebat. Tidak bodoh seperti orang-tuanya. Itulah harapan sederhana dari kami.

Realitasnya, bersama dengan kemajuan zaman, petani menjadi ringkas dan sebentar. Apa-apa terdukung dengan permesinan. Dominasi permesinan. Anak para petani, mulai bertani dengan eranya petani-teknologi. Apa-pun itu hampir-hampir menggunakan teknologi:

Tanam padi, menggunakan mesin.

Panen padi, menggunakan mesin.

Nyemprot padi, alat mesin.

Kurang air, didukung dengan mesin.

Di saat seperti inilah, ekonomi Kapital bakal muncul kembali, capital yang berbeda, namun tetap menjelma menjadi ekonomi capital yang diusung oleh Karl Marx. Sekali pun agama tetap bakal ada.

Agama tidak bisa dihilangkan.

Agama tidak bisa dikacaukan.

Agama telah mendarah-daging.

Namun ada unsure yang jelas dari teori capital Karl Mark. Tentang status kemanusiaan: perbedaan antara kaum capital dan kaum proletarian. Namun, masih khas menjadi capital Indonesia. Apa itu capital Indonesia? Capital yang masih menganut keagamaan. Karena watak alami manusia Indonesia, religious. Dalam sejarahnya adalah kaum religious—soal pelanggaran keagamaan: itu perkara lain.

Demikian…

Belum ada Komentar untuk " KAUM PEKERJA: TENTANG PERGESERAN PERTANIAN-TEKNOLOGI "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel