Nasihat: Tentang Pandai

Selama engkau mencari ilmu, maka sesungguhnya kebergunaan ilmu itu untuk dirimu sendiri. Kamulah yang paling cepat mendapatkan apa yang kamu dapatkan.

Kamulah yang paling cepat menyerap apa yang kamu sampaikan.

Kamulah yang paling pertama mendapatkan tatkala kamu menyampaikan.

Jadi, benarlah apa yang diucapkan orang-orang:

Belajarlah, kalau kau pandai maka sesungguhnya kepandaian itu untuk dirimu.

Kalau kau pandai tentu untuk dirimu sendiri, itulah yang utama.

Kalau kau pandai, tentu engkau berada di tempat orang yang pandai.

Begitulah taufik, jika sekarang engkau sering berkumpul dengan orang-orang pandai, tentu begitulah statusmu, bahwa engkau telah tergolong menjadi orang pandai—tapi ingatlah, kau pandai dalam hal apa? lihatlah perkumpulanmu itu, tentu itulah yang menjadi ukuran kepandaianmu. 

Kau harus tahu bahwa orang pandai belum tentu kaya-harta

Kau harus tahu bahwa orang kaya-harta belum tentu pandai.

Kau harus tahu bahwa orang pandai bisa berkedudukan yang tidak pandai

Kau juga harus tahu bahwa orang-kaya harta bisa duduk dengan orang pandai.

Sekarang, katakan padaku, apa ukuran orang pandai? 

Apakah mereka yang banyak hapal data-data pengetahuan? 

Atau apakah mereka yang mampu berbicara di depan public? 

Atau, mereka yang menjabat di pemerintahan? 

Atau mereka yang mulang di pondok pesantren? 

Ataukah mereka yang mengajar anak-anak di sekolahan?

Kataku, mereka yang hapal data pengetahuan, adalah mengetahui sebagian kecil dari seluruh pengetahuan. Hapalan mereka adalah sebagian dari tek-teks yang dihapalkan. Dan mereka pun, masih terus menerus melatih hapalan dan menambah pundi-pundi pengetahuan. Dan tetap, mereka bisa dikatakan pandai.

Kedua, mereka berbicara dipublik pun telah pandai, sebab mereka mampu menyampaikan tentang apa yang layak disampaikan dan itu secara public. Kalau kau menulusuri lebih lanjut dan menyodorkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan ilmu dan data hapalan, bisa jadi ia akan berkata: sebenarnya saya masih terus menerus belajar, masih banyka hal yang belum aku ketahui.

Ketiga, menjabat pemerintah, tentu, sekali pun engkau meliha tbayak seabgaian yang tidak hapal data pengeetahuan. Mereka tersibukkan akan organisasi. Yang lama-lama dia diketahui publik, kareana dia masih senantiasa berada pada organsiasi. Yang kemudian, duduk degnan para pejabat, lama kelamaan, ia pun diusung unetuk menjadi penjawabat, kerena memamg dia layak unutuk menjadi itu, dan yang lain mensupport untuk itu. Wal-hasil, bagi sebagian masyarakat dia diklaim sebagai orang yang pandai.

Syaratnya kareana mereka mencukupi syarat untuk diajuhan, dan kemudian, ia berbicara di publik, selain itu, karena sifatnya itu, terutama lagi, karena eksistensinya, dan kesibukannya sehari-hari, jelas sekali itu akan menambah pundi-pundi klaim bahwasannya mereka orang pandai. Dan kalau ditelisik lebih lanjut, maka sebenanrnya mereka masih berjuang untuk mencari pengetahuan lain.

Begitu juga orang yang mulang, taufik.

Begitu juga orang yang mengjar, taufik.

Lingkungan itu sangat mempengaruhui, taufik. Eksistensi manusia itu sangat mempengaruhi penilai manusia, taufik. Oleh karenanya, jangan lalailkanlah eksistensimu, jangan lalaikan dengan lingkunganmu, taufi.

Jika kau merasa berat dengan eksistensi atau lingkungan. Ketahuilah, Allah, dialah yang mumbuhkan pengetahuan kepada siapa yang ingin Dia kehendaki. 

Selamat…

Belum ada Komentar untuk " Nasihat: Tentang Pandai"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel