Pekerjaan di Era Teknologi



Teknologi itu tentang jalinan kemanusiaan, guna pelengkap untuk kehidupan-pokok manusia, sekali pun tekonlogi mampu menjadi pekerjaan-pokok manusia, yakni manusia itu bekerja untuk keteknologian, maka manusia itu bakal selalu ‘normal’ dalam kemanusiaan; selaras dengan kehidupan yang normal. Missal, mereka bekerja untuk teknologi, bekerja untuk hal-hal teknologi, maksud saya siapa-pun itu jangan melupakan sesuatu yang dikatakan pekerjaan, apa-pun itu jenis pekerjaannya:

Dengan melejitnya keteknologiaan. Pekerjaan menjadi beragam-ragam warnanya. Pekerjaan bukanlah segala sesautu hal yang praktis, bukanlah serta-merta tentang kebutuhan pokok manusia: yakni sandang, pangan dan papan.

Bersamaan dengan maraknya teknologi, pekerjaan menjadi ramai, kebutuhan pokok manusia mulai bertambaah: sandang, pangan, papan dan hiburan. Di saat seperti ini, maka orang-orang membutuhkan hiburan, di saat serba ‘material’ maka orang-orang benar-benar membutuhkan hiburan—

Sebab manusia ditekan tentang keekonomiannya.

Sebab manusia ditekan untuk memiliki keteknologian.

Sebab manusia ditekan untuk kesamaan kepemilikan.

Sebab manusia ditekan untuk bekerja, bekerja dan bekerja.

Di saat itulah kebutuhan pokok semakin bertambah, menjadi: kedamaian. Sebabnya, tawaran hiburan adalah inginnya manusia untuk mendapatkan sebangsa damai, gembira, senang, dan hal-hal yang bersifat baik di dalam diri manusia.

Oleh karenanya: hiburan menjadi ‘sesuatu pekerjaan’ yang menjanjikan. Sekarang, apa yang dilesatkan dari hiburan? Apa yang dituju dari hal hiburan?

Hati!

Perasaan!

Maka mulai ketemulah sesuatu dengan ‘agama’, agama memang selalu terikat dengan zaman, agama bisa selaras dengan zaman. Sekali pun zaman melesat tajam, bersamaan dengan itu, agama semakin menampakan diri tentang nilai-kegunaannya. Walaupun, agama bisa juga dijadikan ‘ajang’ hiburan.

Agama bisa dijadikan tempat pelarian, sementara.

Agama bisa dijadikan hiburan buat galau, sementara.

Namun bisa jadi, dengan kesementaraan itu, manusia bisa ‘terjebak’ dalam konsep-kuat keagamaan. Apa itu konsep kuat keagamaan? Yakni system yang dibuat keagamaan. Mengapa demikian? Kalau tidak berpengetahuan ‘kuat’ tentang agama: maka untuk mendapatkan ‘damai’ dari agama tentu kurang.

Wal-hasil, si individu itu harus belajar agama.

Si individu harus menelaan tentang kajian agama.

Si individu harus memahami tentang keagamaan.

Bersamaan dengan itu, dorongan ‘praktek’ keagamaan terjalankan, dan hasilnya, keagaaman tetap saja berjalan, bahkan semakin ramai. Terbukti, dengan melejitnya teknologi, walau-pun, nilai-nilai keagamaan bergeser, merosot, namun tetap saja, eksistensi keberagamaan melejit. Paparan-paparan tawaran realitas tentang keagamaan semakin menyesuaikan zamannya. Bersamaan dengan itu, tukang-tukang eksistensi pendukung keagamaan menjadi pekerjaan yang nyata: hal-hal yang menjadi pelengkap tentang ‘proses-pendamaian’ menjadi pekerjaan. Bersamaan dengan itu, semakin menegaskan bahwa tentang pekerjaan di era teknologi, peluang pekerjaannya semakin merebak.

Begitulah potret pekerjaan di era teknologi, oleh karenanya tidak harus ‘resah’ terhadap gejolak-gejolak yang ditimbulkan oleh keadaan social masyarat era sekarang, karena hal itu telah menjadi zamannya. Kita tidak bias mengembalikan ke zaman dahulu kala, kecuali menerima zaman yang ada; dan berusaha untuk saling-menyaling mensupport tentang pekerjaan yang semakin beragam.



2017-01-14

Belum ada Komentar untuk "Pekerjaan di Era Teknologi "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel